Kisah ini di ilhami dari kisah nyata, yang semoga kita bisa ambil pelajaran dari kisah ini
Aku adalah seorang pria yang mempunyai kekasih semenjak SMA. Perjalanan kisah cinta yang pada umumnya orang berfikir sangat menyenangkan. Memang betul, hingga berlanjut selama 5 tahun kita memadu kasih. Sampai mengorbankan segalanya untuk mempertahankan cinta sejati dengan tulus dan ikhlas merawat cinta kita berdua.
Suatu hari orang tuaku menanyakan tentang hari lamaranku dengannya, berlanjut dari situ..aku kemudian menanyakan hal tersebut kepadanya, di lain kesempatan. Namun, ia belum mau membahas hal tersebut melihat usia dia yang memang masih muda. Ditambah lagi sudut pandang dia yang menilai orang tuaku belum serius mau menerimanya. Benar, hubungan kita pada 2 tahun di awal pacaran, orang tuaku tidak setuju tentang hubungan ini. Namun banyak sudah perjuangan yang aku tunjukan dan pengorbanan yang kulakukan membuat orang tuaku akhirnya meminta keseriusan hubungan ini.
Layaknya muda-mudi berpacaran, kita memang tidak setiap hari bertatap muka, namun dapat dipastikan setiap hari kita melakukan kontak walau hanya lewat telepon. Meski hanya sekedar bertanya "lagi apa?", "sama siapa?", "dimana?", "sudah makan?" atau pertanyaan lainnya yang meskipun berulang-ulang namun dapat mengobati rasa rindu yang sesaat. Kala itu, aku hendak berangkat ke kantor, yang kebetulan aku dapat shift malam. Sebelum berangkat, sudah kusiapkan bekal makan untuk istirahat ku nanti, bahkan kubawakan juga bekal yang nantinya akan aku berikan padanya ketika pulang dari tempat kerja untuk mampir ke rumahnya.
Aku niatkan untuk menelponnya saat sampai di tempat kerja, sekedar memberitahukan bahwa sepulang nanti aku akan mampir ke rumahnya. Saat perjalanan ke tempat kerja, kulihat sepasang kekasih yang tengah asyik bermesraan. Tangan pria yang dengan penuh cinta melingkar di pinggang si wanita. Berjalan berirama bagaikan jalan milik berdua. Tapi, ada yang ganjil..kuperhatikan sang wanita tampak ada hal yang di sembunyikan. Wajahnya menunduk dan seperti takut membawa rasa bersalah. Hingga tak kurasa kendaraanku mulai jauh melewati mereka. Dalam sekejap pikiranku mulai mengingat pujaan hatiku Mengingat saat aku jalan dengannya.. caranya berbusana, langkahnya berjalan, bahkan aura tubuhnya sangat mengingatkanku pada wanita yang barusan kulewati.
Tak terasa kuberhentikan motor, lalu memutar arah untuk memastikan bahwa pikiran negatif ini memang salah. Kudekati pasangan tadi tepat di hadapan mereka. Jantung yang tak lagi berirama, seolah terkena serangan jantung. Nafas yang berat bagaikan terkena serangan virus Corona. Oh, tidak.. kakiku terasa lemas..mati rasa sampai tak kurasakan kaki ini masih menginjak bumi. Dia...wanita dihadapanku saat ini..adalah kekasihku.. iya, kekasih yang selama 5 tahun ini menjalin hubungan pacaran denganku. Dengan suara lirih dan gemetar kutanyakan padanya: "Sudah berapa lama kamu jadian dengan Dia?". Lalu dengan pertanyaan serupa dia arahkannya lagi pada cowo disampingnya. "Sudah 6 bulan", jawab cowo tersebut. Kubalas jawabannya dengan kalimat "Aku sudah berpacaran dengannya selama 5 tahun". Perempuanku tampak shock dengan ekspresi yang tak beraturan. Perempuanku..hanya bisa mencoba agar tidak terjadi pertikaian di antara aku dan kekasih barunya itu.
Tak tentu rasa yang kualami saat ini, bercampur aduk.. seperti cairan kimia dengan komposisi tak beraturan dan reaksi air mendidih menghasilkan uap, setetes cairan salah dapat meledakkan segalanya. Ya..itu yang kurasakan. Aku mencoba untuk mengendalikan suasana. Dan keinginan untuk segera pergi dari sini yang tak lagi dapat ku bendung. Saat keluar kata dari mulutku: "Dik, mau kemana sekarang?", perempuanku pasti tau ketika kalimat itu keluar dari mulutku. Pasti, aku akan membawanya ke tempat yang diinginkannya. Dengan rasa bersalah dia menjawab: "Adik ingin sama dia bang". "Dia" katamu? cowo yang jalan bersamamu? kamu memilih "Dia" dibandingkan pria yang telah 5 tahun bersamamu ini. Susah kutarik nafas, jantungku tak lagi memompa darah keseluruh tubuh. Hanya berfokus pada hati yang semoga tidak copot. Aku dikhianati, dan ini sakiiit...
Setelah jantungku mulai sadar akan fungsinya kembali, akupun langsung berkendara meninggalkan mereka. Hari-hariku tak lagi dihiasi rindu melainkan benci. Teleponku tak lagi menunjukkan tanda-tanda kehidupan..yang aku pun tak peduli. Sendiri... aku hanya ingin sendiri...
Seminggu setelah berlalu, waktu yang masih kurang untuk melupakan kejadian malam itu. Dia datang kerumah untuk meminta maaf. Dan... anehnya, meminta aku untuk menerimanya kembali. Jujur, aku masih mencintainya..
Tapi, tidak.. bukan hanya karena nilai kepercayaan yang sulit untuk kembali, tapi juga rasa sakit dikhianati pujaan hati. Yang mungkin jika dilanjutkan, bahkan sampai berkeluarga sekalipun, aku akan menyesalinya. Tidak..Tak bisa kulihat ketulusan cintamu lagi, untuk aku. Aku yang demimu harus melawan orang tua, demimu harus pengorbankan segalanya. Maafkan aku ayah, ibu.. aku telah salah. Ya Allah, ampuni dosaku, atas segala khilafku.
⧫⧫⧫
Cerita di atas semoga bisa dijadikan pelajaran, betapa banyaknya kepalsuan dalam pacaran.
Banyaknya kebohongan dan kedustaan yang menghiasi pacaran.
Demi image baik di mata sang primadona,
rela berbohong, melawan orang tua, melanggar aturan agama.
Pacaran lama takkan menjamin kekuatan cinta,
cinta pupus tinggallah derita.
Lima tahun bukan waktu yang singkat, selama itu pula dosa yang telah dilakukan. 1800 hari lebih dosa yang kian bertambah.
Jika sudah menikah bisa cerai, apalagi yang pacaran.
Jika pacaran sudah berani mengkhianati,
dusta saat sudah menikah bukan hal biasa lagi.
Dari Abdullah bin Mas'ud r.a berkata: Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: "Perhatikan! Aku akan terangkan kepada kamu apakah dia al-Adhhu? Ia adalah umpatan yang biasa diucapkan di kalangan orang ramai. Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW juga pernah bersabda: Seseorang yang biasa berlaku jujur, maka dia akan dicatat sebagai orang yang jujur. Sebaliknya orang yang biasa berbohong (berdusta) maka dia akan dicatat sebagai pembohong."
Adik-adik yang budiman, sering kali saya tekankan dalam pelajaran bahwa,
Pintar tanpa akhlak hanya akan menjadi bencana,
Tapi ilmu ditangan orang berakhlak akan membawa berkah.
Orang yang biasa berkata baik, sulit ketika mulutnya hendak berkata kotor. Seolah mulutnya terkunci, ada yang menahan. Tapi orang yang biasa mengumpat, keluar bahasa kebun binatang, maka sudah tak asing mulutnya berkata hal yang bahkan akan lebih kasar lagi.
Maka adik-adik, mari kita belajar untuk
Biasakanlah kebenaran, bukan membenarkan kebiasaan
Semoga kita bisa jadi orang yang berakhlak mulia mencontohkan Nabi Muhammad SAW. Aamiin YRA